
PEKANBARU, BGNNEWS.CO.ID – Petani sawit dengan lahan kecil menghadapi tantangan besar dalam menerapkan standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Menurut Ketua Perkumpulan Petani Sawit Bumi Bertuah (PPSBB), Harmen Y, kepada BGNNEWS.CO.ID, Minggu (14/4/2025), petani kecil kesulitan memenuhi persyaratan seperti penggunaan bibit bersertifikat yang harus diinden hingga enam bulan dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
”ISPO mewajibkan seluruh bahan baku yang masuk ke pabrik kelapa sawit berasal dari kebun yang legal, tidak melanggar hukum seperti berkebun di kawasan hutan, serta menggunakan bibit terdaftar yang diakui dinas perkebunan,” terang Harmen.
Harmen menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak. ”Petani kecil butuh pendampingan nyata, bukan sekadar aturan,” katanya.
Ia mengusulkan pemerintah memberikan pelatihan dan insentif bagi pekebun yang ingin mendapatkan sertifikasi ISPO.
Tidak hanya pemerintah, perusahaan besar juga diharapkan menjalin kemitraan dengan petani kecil untuk memberikan bantuan teknis dan akses pasar. Sementara LSM dapat membantu dengan pendampingan dan edukasi praktik pertanian berkelanjutan.
”Tanpa akses pembiayaan terjangkau dari lembaga keuangan, petani kecil sulit berinvestasi untuk memenuhi standar ISPO,” tambah Harmen.
PPSBB saat ini aktif mendorong kebutuhan petani sawit kecil dan mengajak semua pemangku kepentingan berkolaborasi mencari solusi agar implementasi ISPO tidak memberatkan petani skala kecil yang menjadi tulang punggung industri sawit nasional. (Ade)